Rabu, 04 November 2015

Memori jaman studytour SMA

Liburan ke Bali ini mau tidak mau membuat saya teringat pada liburan pertama saya waktu ke Bali jaman SMA dulu. 

Bagi saya, liburan waktu itu tidak terlalu berkesan, kecuali bagian mabuknya. Ya, saya memang penderita mabuk kendaraan, terutama bus. Sejak berangkat dari Kediri menuju Banyuwangi, saya sudah menahan segala penderitaan yang umumnya dirasakan oleh para pemabuk kendaraan, yaitu kepala pusing berputar-putar, serta perut perih melilit-lilit karena rasa mual berkepanjangan. Saat itu, saya benar-benar berjuang sekuat tenaga supaya tidak muntah, karena takut mengganggu teman yang lain. Tapi, pada akhirnya, saya sukses muntah juga waktu bus berhenti di sebuah pom bensin. Bukan, bukan muntah di toilet pom. Tapi muntah di kursi bus. Ya, di kursi bus, tanpa ada satu orangpun yang menyadarinya karena muntahnya hanya sedikit, jadi saya masih bisa menyembunyikannya.

Hari pertama di Bali, rasa mabuk yang saya alami menjadi lebih parah, karena bus harus melewati jalur-jalur pegunungan yang berkelok. Waktu itu saya bertekad, untuk hari kedua dan selanjutnya, saya mendingan tidak ikut jalan-jalan dan lebih memilih untuk mendekam di hotel saja, daripada harus menderita seperti hari itu lagi. Teman-teman saya tentu saja berusaha membujuk saya untuk ikut, tapi saya tidak terpengaruh. Sampai akhirnya, Pak Lukito, guru matematika saya pun ikut-ikutan membujuk saya, yah akhirnya saya ikut juga.

Uang saku yang diberikan oleh orang tua saya waktu itu (tahun 2002) adalah Rp 50.000. Memang jumlahnya tidak banyak karena saya berasal dari keluarga sederhana. Pesan orang tua saya simpel, "uangnya dihemat ya, sukur-sukur kalau nyisa dan (sisanya) dikembalikan (ke ortu,red.)". 

Jadiii... selama saya di Bali, saya selalu takut untuk beli-beli apapun. Khawatirnya, nanti kalau ada barang yang benar-benar saya inginkan, uangnya sudah habis (apalagi saya tidak bisa menawar). Jadi saya berusaha berhemat sekuat tenaga dengan tidak membeli barang yang tidak benar-benar saya inginkan. Sampai pada akhirnya di hari terakhir tour, saya belum beli apa-apa. Dan karena waktunya sudah mepet, hanya sebuah gantungan lonceng angin lah yang menjadi satu-satunya barang yang saya beli dari Bali, huhuhuhu...

Hal lain yang masih saya ingat adalah ketika shampo yang saya bawa tumpah mengenai tas ransel saya. Waktu itu tasnya hanya saya bersihkan dari sisa-sisa shampo sebisa saya. Sisi positifnya, tas ransel saya adalah tas ransel yang baunya paling wangi di seantero bus. Sisi negatifnya, ketika kami jalan-jalan di pantai, turunlah hujan gerimis. Apa yang terjadi dengan tas ransel saya? Ya. Berbusa.
Karena hujannya hanya gerimis, busanya tidak mau hilang. Dan semakin saya berusaha membersihkan busanya, justru busanya semakin banyak. Tas saya jadi seperti rambut yang dishampoin.

Hahahahahahahaduh..
Malunyaaa..

Waktu itu saya membawa sebuah kamera roll kecil milik bapak. Tapi di sana tidak saya gunakan, karena untuk foto-foto, saya selalu nimbrung di kamera teman-teman saya. Jadi sampai sekarang, saya tidak punya satupun foto kenangan di Bali.

Sudah, itu saja kenangan yang paling nempel di pikiran saya. Lainnya ya biasa saja. Ke tanah lot, pantai-pantai, yang lainnya saya sudah tidak ingat lagi. Makanya, liburan kali ini, saya sangat bersemangat. Harus banyak ambil foto dan video, supaya kenangannya tetap ada sampai nanti.

Tanggal 4 Nopember tersiar kabar bahwa Bandara Ngurah Rai ditutup akibat meletusnya Gunung Barujari di Lombok. Hal ini tentu saja membuat rencana liburan kami ke Bali jadi terancam batal. Yah, kami sih ikhlas saja. Kalau memang harus batal ya berarti kami belum berjodoh pergi ke Bali, mungkin lain kali. Sambil kami tetap berdoa supaya pada tanggal keberangkatan kami nanti, yaitu tanggal 8 nopember, semua aktifitas penerbangan sudah normal kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar