Kamis, 03 Oktober 2013

pendarahan

Seperti yang saya tulis di post sebelumnya, saya melakukan uji kehamilan melalui testpack dan hasilnya positif. Hari Selasa, tanggal 1 Oktober kemarin, saya mengalami pendarahan. Pagi itu, darah yang keluar banyak sekali, seperti wanita kalau sedang menstruasi. Sempat khawatir juga, soalnya pengalaman teman-teman yang pernah keluar darah saat hamil, darahnya hanya berupa flek saja, yang terparah pun kira-kira hanya sebesar koin 500 rupiah saja. Sedangkan saya kemarin, banyak sekali.

Karena Papi harus kerja sampai sore jam 5, jadi baru bisa periksa ke dokter malam hari. Selama seharian itu, darahnya keluar terus. Saya sampai ganti pembalut 3 kali. Menjelang sore, Alhamdulillah darahnya jauh berkurang. Dari jam setengah 5 sore saya mandi, sampai saya ke dokter jam 7, pembalut masih bersih.

Menurut banyak informasi yang saya dapat dari google, ketika darah keluar banyak seperti yang saya alami, itu adalah pertanda keguguran. Saya dan suami sudah ikhlas kalau memang terjadi keguguran. Tapi kami tetap berdoa supaya janin di rahim saya selamat.

Pukul 6.45 saya tiba di tempat praktik Dokter Ahmad Rheza di jalan Gajahmada, Mojokerto. Walaupun tertulis buka prakteknya mulai jam 5 sore, tapi sampai jam 7 malam dokternya belum datang juga, katanya sih sedang ada urusan mendadak di rumah sakit. Karena dapat urutan nomor 12, saya memutuskan untuk jalan-jalan dulu mencari makanan favorit saya dan Asha, yaitu ANGSLE. Sekedar intermezzo ya, Asha itu kalau sudah makan angsle, dia bisa menghabiskan satu mangkok sendirian. Jadi kalau pesan ya otomatis harus 3 mangkok, hahahahahaha.. Tapi sayang malam itu penjual angsle langganan kami (lokasi di depan bank Mandiri, samping Sultan Keraton) tutup.

Oke, kembali ke topik. Ketika kami kembali ke tempat praktek dokter Rheza pada pukul 7.45, antrian sudah sampai urutan ke 9. Cepat juga pikir saya. Dan ternyata memang benar, setiap pasien yang masuk rata-rata hanya menghabiskan waktu 5 menit saja. Singkat sekali. Saya sempat khawatir, jangan-jangan dokter ini tipe dokter yang pendiam, dan tidak enak untuk ditanya-tanya. Ketika giliran saya masuk, saya langsung ditanya apakah darahnya masih keluar atau tidak, lalu langsung di USG. Deg-degan jantung saya, khawatir kalau ternyata isinya kosong.

Ternyata, di layar terlihat sebuah lingkaran kecil. Dokternya bilang, janinnya masih ada, jantungnya juga. Alhamdulillah, bukan main senangnya hati saya. Pendarahan ini adalah ancaman keguguran yang serius, saya harus bed rest selama 3 hari dan tidak boleh kecapekan. Pak dokter meresepkan folavit (asam folat) dan juga obat penguat kandungan. Beliau juga mengatakan bahwa berhubungan suami istri boleh, asalkan memakai k*nd*m atau spermanya dikeluarkan di luar, karena sperma dapat memicu kontraksi.

Dokter Rheza ini tipe dokter yang pasiennya harus aktif bertanya, karena dokternya memang hanya menjelaskan seperlunya, lalu beliau memberi waktu apakah kami ada yang ingin ditanyakan, sayangnya saya tidak menyiapkan pertanyaan apa-apa. Tapi lain kali, saya akan menyiapkan banyak pertanyaan untuk dokter, hohohohohoho...