Sabtu, 23 November 2013

Pipis dan pup di kamar mandi

Saya lupa kapan pastinya, yang jelas Asha akhir-akhir ini sudah saya latih untuk toilet training. Dia stop memakai pospak dari pagi hingga malam sebelum tidur. Kalau pas tidur sih masih tetap pakai.
Dan Sejak tgl 11 Nopember lalu, Asha dengan resmi sudah bisa pipis di kamar mandi. Dia sudah tahu rasanya kebelet pipis dan memberi tahu orang sekitarnya kalau dia ingin pipis (BAB juga lho..). Jadi selama seminggu ini, rumah sudah bebas dari ompol. 

Ini dalam keadaan dia bangun ya. Kalau pas tidur siang, sejauh ini dia ngompol 2 kali ( yang untungnya sudah saya antisipasi dengan memberi perlak sebagai alas tidurnya). Selain itu, pernah 2 kali juga dia kebobolan bab di celana tgl 11 dan 13 Nopember lalu. Selebihnya sih dia sudah bisa memberi tahu apakah dia ingin pipis atau eek.

Kalau pas jalan2 ke luar, masih saya pakaikan pospak. Ini untuk mengantisipasi kalau-kalau Asha kebeletnya pas posisi kami jauh dari toilet. Maklum, asha belum bisa menahan hasrat pipisnya terlalu lama.

Update: Tanggal 20 Nopember kemarin, Asha mengompol lagi. Waktu itu posisi saya sedang mandi sore. Sayup-sayup saya dengar Asha memanggil dan bilang pipis. Waktu saya buka pintu kamar mandi, Asha sudah mengompol. Hihihihi..

Kereta api

Akhir2 ini, Asha lagi senang-senangnya sama kereta api. Hari minggu kmrn, kami main ke rumah kenalan di sidoarjo yang rumahnya bersebelahan dg rel kereta api. Jadi sering sekali ada kereta api lewat. Asha senang sekali, setiap ada kereta api lewat, dia langsung lari ke luar untuk melihat dan dadah-dadah. Setiap ada gambar kereta api muncul di televisi juga Asha sangat senang.

Nah, hari ini kami mau mengantar Yangti dan Buliknya Asha pulang ke Kediri setelah sebelumnya menginap selama 2 hari di rumah Mojokerto. Naik kereta api ekonomi harganya hanya 4ribu rupiah per orang. Saat ini, kereta api memang menjadi pilihan utama daripada bis. Kalau bisa, biayanya bisa di atas 20ribu per orang. Itupun belum pasti dapat tempat duduk. Kalau kereta api, sudah pasti dapat tempat duduk, ada ACnya pula. Tapi, harus pesan tiket dulu ya minimal sehari sebelumnya, kalau tidak pasti kehabisan.
Melihat Yangti masuk melewati pagar pemeriksaan karcis (pengantar dilarang masuk), Asha langsung teriak-teriak minta ikut masuk. Apalagi begitu melihat Yangti masuk ke kereta api dan kereta apinya berangkat, dia langsung nangis minta ikut. Mungkin awalnya dia mengira bahwa dia akan diajak, ternyata hanya mengantar saja. Bahkan setelah sampai rumah pun masih nangis lamaaaa sekali, sampai sesenggukan. Yang akhirnya harus saya gendong sampai dia tidur.

Kasihan..
Kapan-kapan ya Nak, diajak naik kereta api..

Nangis waktu di mobil

Sampai di rumahpun masih nangis

Sari roti dan pengajian

Asha sangat suka Sari Roti. Setiap hari, dia selalu minta dibelikan roti ini. Tentu saja tidak saya turuti. Beli roti atau susu atau mainan, boleh, asal tidak sering-sering. Itu prinsip yang saya tanamkan ke Asha. 

Tapi Asha selalu punya akal. Setiap dia mendengar suara nyanyian nyaring khas Sari Roti, dia akan langsung lari ke pagar depan, dan berteriak ,"rotttiiii...."

Saya sangat kaget waktu itu, dan berharap tukang rotinya akan pergi saja karena menganggap bahwa anak kecil pasti hanya memanggil untuk main-main saja.
Tapi tidak. Si tukang roti berbalik arah, lalu mendekat ke depan pagar, melongok ke arah pintu dari depan pagar, mungkin berharap orang tua si ciprut ini akan segera keluar.

Karena kasihan pada si penjual, akhirnya dengan terpaksa saya keluar juga dan membeli roti coklat kesukaan Asha. Yang bikin saya tertawa, ketika saya bayar rotinya, si penjual bilang ke Asha," Wah, pintar ya.. Sudah bisa disuruh Mama manggil roti ya tadi.."

Saya hanya bisa berkata dalam hati "saya tidak menyuruh Pak, itu inisiatifnya sendiri."
Hahahahaha..

Wajah cemong penuh coklat

Oya, kemarin malam Asha ikut pengajian lho.. Biasanya kalau ada pengajian, Asha tidak saya ajak. Dia tinggal di rumah sama Papinya. Tapi malam itu, si Papi sedang ada acara di Sidoarjo, alhasil terpaksalah saya aja dia.

Sebenarnya bukan apa-apa, alasan saya malas mengajak Asha itu cuma satu, Asha itu tidak bisa diam. Dan ternyata kekhawatiran saya terbukti. Waktu pengajian, Asha muter-muter terus seperti gasing. Ga bisa diem.

Saya sampai tidak bisa konsentrasi karena terus mengkhawatirkan Asha. Khawatir kalau Asha menginjak piring kue (sudah kejadian satu kali, Asha tidak sengaja menginjak tepi piring dan kuenya langsung bertebaran), khawatir dia keluar ke jalanan, khawatir dia merebut hp peserta pengajian lain, pokoknya saya jadi tidak nyaman sendiri. Tapi 
ya itu resiko kalau bawa anak.

Yang lain belum datang, main dulu sama pemilik rumah Bu Ardian :)