Selasa, 29 November 2016

Celoteh Asha

- Lirik lagu ciptaan Asha.

Ready for lunch..
Ready for lunch.. (Diulang-ulang entah berapa kali)
Aku hungry..
Aku hungry..
Di rumah bermakanan..
Makanaaaannn...

- Mm : Asha, ayo waktunya shalat.
Asha : kok Mami ga shalat?
Mm : Mami kan lagi mens.
Asha : Asha juga mau meeeens..
Mm : ya nanti kalo Asha sudah besar, Asha juga mens.
Asha : ga mau, Asha maunya mens sekaraaaaang..

- Asha : Mi, kalo kita ke Animal (maksudnya bonbin/taman safari) kok ga pernah lihat dinosaur?
Mm : Dinosaurus itu sekarang sudah ga ada (bingung nyari kata ganti "punah"). Sejak dulu semua dinosaurus sudah mati.
Asha : oohh.. Berarti nanti bisa lihat lagi ya kalo sudah nyala?
Mm : Sayang, dinosaurus itu bukan listrik, yang bisa mati, bisa nyala :)

- Asha : Mi, kenapa bajunya Jasmine kok basah?
Mm : tadi kena gumoh sayang.
Asha : gumoh apa sih Mi?
Mm : muntah
Asha : ooohh.. Muntah itu bahasa inggrisnya gumoh...

- Asha mendongeng :
Pada suatu hari, ada kupu-kupu.
Kupu-kupunya terbang, pulang ke rumah kupu-kupu.
Trus dia tidur.
Trus dia bangun, terbang.
Trus ada anjing.
Dia lompat, trus haaapp.
Kupu-kupunya dimakan.
Kupu-kupu ada di perut anjing, ga bisa keluar.
Trus anjingnya gini.. Ha..ha..hachiiii...
Kupu-kupunya bisa keluar, trus terbang pergi.
-selesai-

- Mi, tadi makan di sekolah nasinya sedikit. Sekarang aku ke-hungry-an :D

Minggu, 20 November 2016

Body spa di Teta Clinic

Sebenarnya, saya ingiiiiin sekali pijat lulur di rumah saja, manggil orang buat ke rumah begitu. Tapi, sampai sekarang belum keturutan. Dulu pernah sih, tapi kurang cocok sama pijatannya. Begitu sudah ketemu orang lain, malah mbelgedhes. Katanya mau datang, ga datang-datang. Ya sudahlah, akhirnya hari Minggu kemarin saya pijat lulurnya di luar saja.

Karena sudah pernah di Izzaty Spa dan Salon Muslimah Flamboyan, saya ingin mencoba tempat yang lain. Pilihan saya jatuh pada Teta Clinic.

Body spanya ada beberapa pilihan. Saya memilih paket lengkap tradisional seharga 175ribu (pijat, lulur, steam, masker, mandi bath up). Kamarnya privat, lengkap dengan alat sauna, bath up dan ruang mandi shower. Non AC, hanya pakai kipas angin.



Kalau di tempat lain, biasanya yang pertama dilakukan adalah pijat, baru kemudian lulur. Lalu mandinya hanya terakhir saja setelah masker. Tapi di sini berbeda.

Pertama-tama, lulur dan scrub.
Setelah itu, badan diusap dengan handuk hangay, lalu saya disuruh berbilas dengan shower. Wah, tumben nih belum apa-apa sudah disuruh mandi, hihihi..

Setelah badan bersih, mulailah dipijat. Pijatannya enak. Terutama yang bagian pundak. Saya belum pernah dipijat model begini. Ga tau digimanakan, tapi rasanya nyaman sekali.
Setelah pijat, badan diusap lagi dengan handuk hangat.

Sayangnya, buat saya yang memang sangat membutuhkan pijatan, proses memijat ini terlalu sebentar. Mulai dipijat hingga selesai diusap handuk hangat hanya memakan waktu 25menit.

Next, sauna. Karena saya tidak terlalu suka sauna, jadi saya minta steamnya sebentar saja. Langsung ke proses masker. Nah, dimana-mana, proses ini yang sangat membosankan. Badan belakang dioles masker, lalu ditinggal supaya masker kering (kira-kira 10 sampai 15 menit), lalu di gosok-gosok dan diusap handuk hangat. Diulang lagi untuk badan bagian depan.

Anehnya, waktu digosok terasa panas dan sakit, seperti digosok pakai ampelas. Padahal seingat saya, waktu bersihkan masker di Izzaty tidak sakiy deh.. Ah, entahlah..

Lanjut, mandi bath up.
Saya ga lama-lama mandinya. Asal badan bersih, pakai lotion, selesai deh..

Buat yang cari referensi tempat body spa, bisa dicoba di sini.

Teta Aesthetic Clinic
Jalan Kartini No. 22 Mojokerto.
Buka setiap hari pukul 08.30-17.30 (khusus hari Selasa tutup pukul 16.30)
Body spa hanya menerima sampai pukul 14.00
Facial hanya sampai pukul 15.00






Air Terjun Watu Lumpang, Pacet

Waktu Papi melihat-lihat gambar air terjun di IG, ternyata ada air terjun cantik lain di Pacet sebelum Air Terjun Watu Ondo. Namanya Air Terjun Watu Lumpang. Jadilah Hari Sabtu ini kami berangkat ke sana.

Jalanan menuju Pacet sangaaaat menyenangkan. Di sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan persawahan dan gunung-gunung yang cantik. Juga ketika memasuki Tahura Raden Soerjo. Wah, dipenuhi dengan nuansa hutan yang rindang, hijau, dan sejuuukk sekali. Saya sangat menyukainya.




Kami sengaja berangkat dari rumah pukul 7 pagi, supaya ketika sampai di sana belum ada pengunjung, sehingga kami bisa bebas berfoto tanpa gangguan objek lain. Tapi efeknya, ketika kami sampai di sana pukul 8 pagi, air terjunnya masih tutup, hahahahaha..

Oke lah, kami menunggu di sana, dengan asumsi bahwa petugasnya baru akan datang pukul 9. Sementara kami menunggu di kursi dekat gerbang, Papi lebih dulu jalan ke arah air terjun untuk foto-foto dan melihat-lihat situasi.




Awalnya, saya, Jasmine dan Asha menunggu dengan riang gembira. Kemudian terdengarlah suara burunf di atas pohon. Saya langsung pura-pura menjadi Dora the explorer dan bilang ,"what is that?"
Asha dan Jasmine langsung fokus ke atas pohon mencari burung itu. Tapi setelah dilihat-lihat, yang saya kira suara burung itu adalah suara monyet.

Suasana kami langsung mencekam. Asha, (yang sebelumnya sudah trauma dengan monyet setelah pengalaman di Bali tahun lalu, juga tadi ketika kami berhenti di satu titik untuk melihat pemandangan, ada satu monyet yang hendak menyerang pengunjung sambil memperlihatkan gigi-giginya), langsung diam tidak berani bersuara. Saya pun juga tidak boleh bersuara sedikitpun. Apalagi ketika melihat di jalan menuju air terjun, banyak sekali monyet bermain di sana. Semakin takutlah Asha. Saya, juga menjadi waspada, karena kalau misalnya ada monyet yang nakal seperti di Bali waktu itu, sayalah yang harus melindungi Asha dan Jasmine.

Di Tahura R. Soerjo ini, memang banyak hidup para monyet liar. Mereka biasanya duduk di tepi jalan untuk meminta makanan pada para pengendara yang lewat. Untungnya, Papi segera kembali dari air terjun. Kata Papi, memang tadi banyak monyet di sepanjang jalan, tapi mereka langsung pergi ketika melihat manusia. Dan memang benar, ketika kami berempat berjalan ke air terjun, tidak ada satu monyetpun yang terlihat. Alhamdulillah..

Jarak dari gerbang depan sampai ke air terjun sangat dekat (berbeda dari semua air terjun yang pernah kami datangi, yang biasanya harus menuruni banyak anak tangga dulu). Di Watu Lumpang, air terjunnya ada dua. Satu dengan aliran air yang cukup deras dan agak berundak, dan satu lagi air terjun dengan aliran air yang terbilang kecil.

Dan ternyata betul dugaan kami. Petugas air terjun baru datang pukul 9 pagi. Biaya masuknya dihargai 10ribu per orang dewasa, anak-anak free, dan 5ribu untuk parkir mobil. Untung saja kami datang sejak pagi, jadi bisa memotret sepuasnya. Karena setelah portalnya dibuka, pengunjungnya datang silih berganti.




Minggu, 13 November 2016

Waduk Selorejo

Selama seminggu ini, kami sekeluarga bermukim di Kediri, karena Papi cuti. Rencana awal sih mau jalan-jalan ke Trenggalek, mengejar sunset di pantai. Tapi apa daya, hampir seminggu ini Jasmine malah sakit. Alhasil kami tidak bisa pergi kemana-mana.

Alhamdulillah, hari Jumat Jasmine sudah terlihat mendingan. Jadi hari Sabtunya, kami meluncur ke Waduk Selorejo, di Ngantang, Kabupaten Malang. Sengaja kami memilih liburan yang dekat-dekat saja karena memang waktunya mepet.

Kami berangkat dari rumah pukul 11. Satu jam kemudian, kami sudah sampai di Pare. Ada satu tempat makan yang sudah kami incar, yaitu sate kambing Pak Slamet. Katanya sih, ini sate kambing paling enak se Pare. Masa sih?

Waktu kami datang, tempatnya sepi. Kami pengunjung kedua. Yang pertama adalah seorang bapak-bapak sendirian. Tempatnya sederhana, tapi cukup luas dan bersih. Pelayanannya ramah dan baik.



Kami pesan 20 tusuk sate kambing, 1 porsi gule dan 4 nasi putih. Satenya besar dan gemuk-gemuk. Sangat menggugah selera. Begitu gigitan pertama, mak nyeeessss... Empuk bangeeeett..

(Haduh, saya nulis ini sambil nelen ludah berkali-kali kebayang enaknya sate Pak Slamet)

Rasa bumbunya juga enak, gulenya mantab, dagingnya banyak, dan tidak ada satupun daging yang alot. Pokoknya semua oke. Sate Pak Slamet menjadi satu tempat yang wajib kami singgahi jika kami lewat daerah Pare. Sangat recommended..


Harga 10 tusuk sate 40ribu.
1 porsi gule 25ribu.

Next, lanjut ke Selorejo Hotel and Resort tempat kami menginap. Lokasinya luas dan berada sangaaaat dekat dengan waduk.

Kami menginap di cottage Flamboyan seharga 510ribu per malam, bisa untuk 4 orang. Begitu masuk ke dalam, rasanya seperti di rumah kontrakan, dengan dua kamar tidur (yang berisi kasur, meja kecil dan cermin), ruang tamu, dan kamar mandi. Fasilitas lainnya ada TV kabel, AC, kulkas, dan air panas. Wifi nya baru menyala sore hari, tapi alhamdulillah lancar.




Kekurangannya :
- Colokan listrik di tiap kamar hanya 1. Tempatnya pun bukan di bagian bawah, tapi di tengah-tengah, setinggi kepala saya. Di ruang tamu juga ada 1, itupun sudah digunakan untuk colokan TV dengan 2 adaptor TV kabel dan kulkas. Jadi saran saja, kalau kesini sebaiknya membawa kabel roll dengan banyak colokan.

- Kamar mandi tidak ada showernya. Jadi untuk mandi air panas, harus mengumpulkan dulu di bak mandi (tentunya butuh waktu yang agak lama).

- Ada telepon, tapi hanya berfungsi sebagai hiasan dinding, karena tidak bisa digunakan. Jadi untuk bertanya ke resepsionis, harus telepon menggunakan HP.

Sarapan pagi dapat 4 nasi goreng dengan lauk ayam dan telur.

Sorenya, kami pergi ke waduk. Saya tidak tahu berapa tarif masuknya, karena penghuni hotel bisa masuk ke lokasi waduk secara gratis.

Karena tidak tahu, kami lewat jalur ke luar hotel untuk menuju ke waduknya. Padahal sebenarnya, bisa lewat dalam area hotel. Tinggal parkir di samping kolam renang, dan berjalan kaki melewati jembatan gantung.



Di waduk, kami menaiki kapal mesin seharga 100rb untuk rute terjauh. Cukup jauh juga memutarnya. Pemandangannya indah. Di sebelah kiri ada hutan penuh pepohonan hijau. Lalu di depan ada deretan pegunungan cantik. Ditambah dengan suasana sore itu yang agak mendung dan sedikit berkabut. Terlihat menawan seperti lukisan.






Sebelum kembali ke hotel, kami menyempatkan membeli nasi ikan bakar di salah satu warung di sana. 4 ekor ikan nila sedang, 2 porsi nasi putih, serta lalapan dan sambal dihargai 75ribu rupiah. Rasanya enak, Papi dan Yangti sangat cocok dengan sambelnya yang mantab katanya.