Minggu, 13 November 2016

Waduk Selorejo

Selama seminggu ini, kami sekeluarga bermukim di Kediri, karena Papi cuti. Rencana awal sih mau jalan-jalan ke Trenggalek, mengejar sunset di pantai. Tapi apa daya, hampir seminggu ini Jasmine malah sakit. Alhasil kami tidak bisa pergi kemana-mana.

Alhamdulillah, hari Jumat Jasmine sudah terlihat mendingan. Jadi hari Sabtunya, kami meluncur ke Waduk Selorejo, di Ngantang, Kabupaten Malang. Sengaja kami memilih liburan yang dekat-dekat saja karena memang waktunya mepet.

Kami berangkat dari rumah pukul 11. Satu jam kemudian, kami sudah sampai di Pare. Ada satu tempat makan yang sudah kami incar, yaitu sate kambing Pak Slamet. Katanya sih, ini sate kambing paling enak se Pare. Masa sih?

Waktu kami datang, tempatnya sepi. Kami pengunjung kedua. Yang pertama adalah seorang bapak-bapak sendirian. Tempatnya sederhana, tapi cukup luas dan bersih. Pelayanannya ramah dan baik.



Kami pesan 20 tusuk sate kambing, 1 porsi gule dan 4 nasi putih. Satenya besar dan gemuk-gemuk. Sangat menggugah selera. Begitu gigitan pertama, mak nyeeessss... Empuk bangeeeett..

(Haduh, saya nulis ini sambil nelen ludah berkali-kali kebayang enaknya sate Pak Slamet)

Rasa bumbunya juga enak, gulenya mantab, dagingnya banyak, dan tidak ada satupun daging yang alot. Pokoknya semua oke. Sate Pak Slamet menjadi satu tempat yang wajib kami singgahi jika kami lewat daerah Pare. Sangat recommended..


Harga 10 tusuk sate 40ribu.
1 porsi gule 25ribu.

Next, lanjut ke Selorejo Hotel and Resort tempat kami menginap. Lokasinya luas dan berada sangaaaat dekat dengan waduk.

Kami menginap di cottage Flamboyan seharga 510ribu per malam, bisa untuk 4 orang. Begitu masuk ke dalam, rasanya seperti di rumah kontrakan, dengan dua kamar tidur (yang berisi kasur, meja kecil dan cermin), ruang tamu, dan kamar mandi. Fasilitas lainnya ada TV kabel, AC, kulkas, dan air panas. Wifi nya baru menyala sore hari, tapi alhamdulillah lancar.




Kekurangannya :
- Colokan listrik di tiap kamar hanya 1. Tempatnya pun bukan di bagian bawah, tapi di tengah-tengah, setinggi kepala saya. Di ruang tamu juga ada 1, itupun sudah digunakan untuk colokan TV dengan 2 adaptor TV kabel dan kulkas. Jadi saran saja, kalau kesini sebaiknya membawa kabel roll dengan banyak colokan.

- Kamar mandi tidak ada showernya. Jadi untuk mandi air panas, harus mengumpulkan dulu di bak mandi (tentunya butuh waktu yang agak lama).

- Ada telepon, tapi hanya berfungsi sebagai hiasan dinding, karena tidak bisa digunakan. Jadi untuk bertanya ke resepsionis, harus telepon menggunakan HP.

Sarapan pagi dapat 4 nasi goreng dengan lauk ayam dan telur.

Sorenya, kami pergi ke waduk. Saya tidak tahu berapa tarif masuknya, karena penghuni hotel bisa masuk ke lokasi waduk secara gratis.

Karena tidak tahu, kami lewat jalur ke luar hotel untuk menuju ke waduknya. Padahal sebenarnya, bisa lewat dalam area hotel. Tinggal parkir di samping kolam renang, dan berjalan kaki melewati jembatan gantung.



Di waduk, kami menaiki kapal mesin seharga 100rb untuk rute terjauh. Cukup jauh juga memutarnya. Pemandangannya indah. Di sebelah kiri ada hutan penuh pepohonan hijau. Lalu di depan ada deretan pegunungan cantik. Ditambah dengan suasana sore itu yang agak mendung dan sedikit berkabut. Terlihat menawan seperti lukisan.






Sebelum kembali ke hotel, kami menyempatkan membeli nasi ikan bakar di salah satu warung di sana. 4 ekor ikan nila sedang, 2 porsi nasi putih, serta lalapan dan sambal dihargai 75ribu rupiah. Rasanya enak, Papi dan Yangti sangat cocok dengan sambelnya yang mantab katanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar