Hari Sabtu kemarin, kami sekeluarga berangkat dari Kediri ke
Telaga Sarangan untuk menghadiri acara reuni SMA Ibu waktu di Madiun dulu.
Karena kemarin termasuk long weekend, jadi sesuai perkiraan, rute jalan antara
Nganjuk-Saradan macet. Jarak Kediri-Madiun yang biasanya bisa ditempuh dalam
waktu 2 jam, kemarin harus molor sedikit menjadi 3,5 jam.
Situasi di Telaga Sarangan pun sudah bisa diprediksi, ramai
gilaaa.. Mobil kami bahkan sempat terjebak tidak bergerak karena saking
sempitnya jalan, sedangkan di kanan kiri jalan sudah dipenuhi dengan mobil yang
parkir, ditambah dengan bus-bus pariwisata yang seenaknya berhenti di tengah
jalan untuk menurunkan penumpang yang seperti tidak ada habisnya, lalu juga
para pejalan kaki, sepeda motor dan kuda saling berusaha untuk mendahului.
Pintu masuk menuju Telaga Sarangan. Tarif dewasa 7.500, anak-anak 5.000
Kendaraan roda2 2.500, roda4 5.000
Suasana sekitar telaga setelah kemacetannya terurai
mejeng dulu setelah cek in di hotel Asia Jaya
Yang khas dari Telaga Sarangan adalah :
1.
Naik boat. Saya tidak sempat bertanya berapa
harganya.
2.
Naik kuda mengitari kawasan tepi telaga yang
berjarak sekitar 3km, jauh juga ya.. Salah satu misi yang wajib dilakukan
ketika mengunjungi Sarangan adalah naik kuda. Asha sangat semangat diajak naik
kuda, seperti Sherrif Callie yang naik Sparky katanya. Satu kali putaran
dihargai 60ribu.
Kuda ada di mana-mana
Asha dan Papi setelah jalan-jalan keliling telaga
3.
Sate kelinci. Di sini penjual sate kelinci
berceceran dimana-mana. Tapi tidak perlu bingung mau memilih yang mana, karena
baik rasa dan harga semuanya sama. 10 tusuk dibandrol 10ribu, kalau pakai
lontong tinggal tambah 2 ribu saja. Kemarin saya sukses makan 3 porsi alias 30
tusuk sate kelinci, saking gak mau ruginya sudah jauh-jauh ke sini hehehehe..
Di sepanjang perjalanan, banyak kebun dan penjual buah
strawberry. Saya tidak tahu harga jual di para penjual pinggir jalan itu, tapi
saya sempat beli strawberry di kawasan Telaga Sarangan, harga mika besar
10ribu, mika kecil 5ribu. Langsung deh borong 5 mika besar untuk Asha, dapat
bonus 1 mika kecil.
Sepulang dari Telaga Sarangan, kami mampir ke Madiun untuk
mengambil roti bluder yang sudah kami pesan sejak hari Sabtu pagi. Kalau pergi
ke Madiun, rasanya tidak lengkap kalau tidak beli roti bluder ini. Rasa rotinya
itu lho, maknyus, menul-menul dan mantabbb..
Harganya 70ribu isi 10 biji.
Dulu, roti bluder terkenal dari Madiun hanya ada satu, yaitu
Bluder COKRO. Lalu suatu hari adek ipar saya pernah menelpon bluder Cokro untuk
memesan, tapi ternyata nyambungnya ke Bluder Kresna padahal nomor teleponnya
sama. Ada apa ini? Kenapa nomor teleponnya sama, tapi mereknya ganti? Atau
jangan-jangan mereknya memang ganti? Akhirnya kami memutuskan memesan bluder
Kresna itu, dan ternyata rasanya memang sama. Jadi kami simpulkan bahwa
mereknya berubah.
Tapi eh tapi, kami mendengar kabar bahwa Bluder Cokro masih
ada, lalu kenapa sekarang ada 2? Kalau ini pesaing, kenapa pakai nomor telepon
Cokro yang dulu?
Akhirnya kami pun membayangkan sebuah cerita sinetron..
Jaman dulu kala, ada sebuah keluarga kaya raya karena bisnis
roti bluder yang sukses. Tapi kemudian, terjadilah sengketa antara dua ahli
waris, yang pada akhirnya mengharuskan hak waris bluder dibagi dua. Yang satu
dapat mereknya, yaitu COKRO, dan satunya dapat nomor teleponnya, yang kemudian
mendirikan merek dagang KRESNA.. (ini hanya perkiraan kami saja, karena kami
tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya hehehehe..) Ada juga yang bilang bahwa pemilik bluder Cokro dulu sekarang mendirikan bluder Kresna, sedangkan pemilik Cokro sekarang sudah berubah. Entahlah..
Tapi bagi saya sih yang mana saja tidak masalah, karena rasa
dan harganya sama, beda bungkusnya saja. Kalau tidak bisa pesan di Kresna ya
pindah ke Cokro, dan sebaliknya. Yang membedakan mungkin hanya dari segi fisik
tokonya. Bluder Kresna (katanya sih) memiliki toko khas toko oleh-oleh, terlihat
langsung dari jalan.
Tapi Bluder Cokro, bahkan tokonya tidak terlihat dari jalan
(seperti tidak ada tokonya), hanya ada tulisan besar di kanan jalan lalu ada sebuah
jalan masuk. Kalau tidak ada tulisan Bluder Cokro, saya mungkin mengira bahwa
jalan masuk itu adalah jalan masuk menuju ke sebuah bengkel, benar-benar tidak
terlihat seperti toko roti atau toko oleh-oleh. Bahkan tulisan itu pun tidak
akan terlihat jika tidak dari jarak yang sangat dekat, karena tertutupi
pohon-pohon pinggir jalan. Intinya, hanya orang yang sudah hafal lokasinya saja
yang akan tahu, jika tidak, hampir bisa dipastikan Bluder Cokro akan terlewat
begitu saja.
UPDATE 25 April 2016 :
Sekarang, di kota saya tercinta Kediri, sudah ada satu toko yang setiap hari menyediakan Bluder Cokro, yaitu Toko Idjo di Jalan Brawijaya. Harganya dibandrol 8.500 per biji (untuk rasa coklat, kismis dan keju). Beli per kotak boleh, beli eceran juga boleh, harga sama. Asik nih, kalau sewaktu-waktu ngidam bluder madiun, tidak perlu jauh-jauh ke Madiun, Yeeeeyyy..
Sekarang, di kota saya tercinta Kediri, sudah ada satu toko yang setiap hari menyediakan Bluder Cokro, yaitu Toko Idjo di Jalan Brawijaya. Harganya dibandrol 8.500 per biji (untuk rasa coklat, kismis dan keju). Beli per kotak boleh, beli eceran juga boleh, harga sama. Asik nih, kalau sewaktu-waktu ngidam bluder madiun, tidak perlu jauh-jauh ke Madiun, Yeeeeyyy..
Emmm...spertinya cerita sinetron ny saya tahu
BalasHapusHahaa
Luar biasa makasih ya Jasa Pembuatan Website Toko Online serta Cara Promosi Online Shop dan Cara Promosi di Instagram dan Cara Promosi Produk juga Cara Berjualan Online dan Cara Berdagang Online serta
BalasHapusGrosir Jilbab Murah serta Jilbab Instan Terbaru dan Jilbab Segi Empat Terbaru
Jasa Pembuatan Web Murah Berkualitas.