Jumat, 21 Agustus 2015

Makan siang di Pacet

Hari Senin lalu, tepatnya tanggal 17 Agustus, kami memutuskan untuk makan siang di daerah Pacet. Papi sudah mengincar salah satu rumah makan sekaligus pemancingan yang kelihatannya cukup menarik dan lokasinya ada di bawah kawasan rafting OBECH, hanya saja lupa namanya apa. Perjalanan sangat lancar. Saat kami memasuki kota, kami melihat sebuah rumah makan kecil dengan tulisan SATE KELINCI di depan, sangat terlihat sangat ramai oleh pengunjung. Nanti lah kalau pulang mampir ke sana, semoga bisa dapat tempat parkir.

Begitu sampai di lokasi, kami celingukan mencari pintu masuknya. Di sana terlihat sebuah gerbang dan didalamnya ada beberapa mobil yang sedang parkir, jadi kami masuk ke sana. Begitu sudah parkir, kami kebingungan lagi. Pasalnya, dari tempat parkir ini, tidak ada jalan menuju kawasan pemancingan yang kami incar. Dan ternyata, ini tempat parkir untuk rumah makan lain!!!!!
Hahahahahahaha...

Memang kedua rumah makan sekaligus pemancingan ini bersebelahan. Yaitu Meru dan Kampoeng Bamboe. Sempat beberapa saat kami ragu-ragu, karena sebenarnya yang kami incar adalah rumah makan Meru, bukan Kampoeng Bamboe. Sempat mau keluar dari tempat parkir ini, tapi jalan masuk menuju rumah makan Meru sangat kecil, hanya cukup untuk sepeda motor, mobil tidak akan bisa masuk ke sana. Lalu mobilnya harus parkir di mana??? Itulah pertanyaan yang memutar-mutar di kepala kami. 

RM Meru dilihat dari lesehan Kampoeng Bamboe

Di samping kami juga ada satu keluarga yang kelihatan ragu-ragu sambil nunjuk-nunjuk ke arah Meru. Sepertinya mereka juga salah masuk seperti kami. Mengira bahwa ini adalah tempat parkir untuk Meru, padahal bukan. Akhirnya salah satu dari mereka pergi ke Meru, dan setelah kembali, katanya Meru sedang penuh.

Karena tidak tahu harus parkir dimana lagi plus di sana sedang penuh, akhirnya kami terpaksa masuk juga ke Kampoeng Bamboe ini. Kolam pemancingannya hanya ada 2 kolam kecil (lebih kecil dibanding Meru). Dan pengunjungnya juga jauh lebih sepi jika dibandingkan dengan Meru yang sangat ramai. Namun seiring kedatangan kami, akhirnya semakin banyak juga pengunjung yang datang. Kemudian terdengarlah percakapan seperti ini.

Tamu : mbak, kalau mau mancing gimana ya?
Mbak pelayan : alat pancing gratis Pak, tinggal beli umpannya saja 2ribu.
T : oke, lalu kalau mau ke sana lewat mana ya? (Sambil nunjuk Meru)
MP : oh, kita beda rumah makan Pak..
T : (kaget) Looh.. beda ya??
MP : iya Pak, beda.
T : (bingung mau tetap makan di situ atau pindah)

Hahahahahaha..

Ternyata banyak juga yang nyasar masuk ke sini. Memang agak menjebak juga sih. Di pintu gerbang ada tulisan "parkir pemancingan" disertai gambar panah. Tapiiiii... sepertinya tidak ada tulisan Kampoeng Bamboe. Saya yakin banyak orang seperti saya yang tujuannya ke Meru justru terjebak masuk ke sana.
Menu dan penampakan kolam RM Kampoeng Bamboe

Akhirnya kami memesan 2 ekor gurami bakar manis dan bumbu rujak, tumis kangkung, dan penyet terong. Minumnya 2 susu hangat dan wedang jahe. Agak kaget juga melihat harga beberapa menunya yang menurut saya kemahalan. Contohnya, mie instan+telur yang dibandrol 11ribu. Gilak..

Untuk rasanya, walaupun agak kecewa setelah mendapati 2 ekor gurami yang kami pesan harusnya gurami bakar manis dan gurami bakar bumbu rujak, ternyata dua-duanya dimasak dengan bumbu yang sama, dan lebih terlihat seperti gurami goreng karena tekstur luarnya agak kering, tapi rasanya lumayan lah. Bisa diulangi lagi ke sana. Tempatnya sejuk, ada ayunannya (Asha pengen main ayunan terus). Dan yang terpenting, posisi kolamnya dibuat lebih tinggi dari sekitarnya, jadi relatif lebih aman untuk anak kecil (kolam di Meru berada lurus dengan jalan, jadi kalau bawa anak kecil harus ekstra hati-hati). 


Oya, kenapa kami pergi ke tempat pemancingan tetapi tidak mancing?
Karena setelah melihat beberapa orang yang memancing di sana, baru ada 1 orang yang strike. Jadi pasti membosankan kalau memancing tapi ga dapat-dapat. Sewaktu kami ke kamar kecil, kami bisa melihat dengan jelas, betapa mudahnya memancing ikan di Meru. Dari 4 orang yang bisa saya lihat dengan jelas, mereka bergantian mendapat ikan. Lalu tidak lama kemudian, dapat ikan lagi. Walaupun ikannya kecil-kecil, tapi kalau anak-anak diajak memancing dan mudah dapat ikan begitu mereka pasti akan senang. 

Ketika baru keluar dari gerbang Kampoeng Bamboe, mungkin hanya beberapa meter, kami melihat sebuah papan bertuliskan "Parkir mobil Meru".

Ya Allah.. Ternyata parkiran mobilnya di sini. Jadi memang harus berjalan kaki dulu dari tempat parkir melewati jalan utama. Agak repot juga ya, dan sedikit berbahaya, karena jalannya kecil dan sangat ramai dengan kendaraan.

Waktu pulang, kami sempat berniat mampir di pemandian air panas, tapi kami urungkan, karena terjebak macet saking ramainya. Depot sate kelinci di sekitar kota juga terpaksa kami tinggalkan karena tidak ada tempat untuk parkir mobil. Akhirnya kami mampir di salah satu warung kecil yang menjual sate kelinci di sekitaran Hotel Sativa.

Kami adalah pengunjung ke empat. Lumayan ramai juga ya. Di belakang kami, ada 2 pasangan lagi yang datang. Satu hal yang bisa saya katakan tentang warung ini, pelayanannya sangat lamaaaaaa sekali. Entah sudah berapa puluh menit kami menunggu, tapi ke enam meja yang terisi belum satupun tersaji makanan, hanya minumannya saja. Setelah sate untuk meja pertama terhidang, perlu waktu yang lama lagi. Bahkan sampai orang di meja pertama pergi, meja kedua belum terlayani. Begitu seterusnya.
Ya ampuuuunnnnn...

Beberapa kali sempat muncul keinginan untuk pergi saja, tapi selalu saja muncul harapan kalau sebentar lagi pasti sate kelincinya akan terhidang. Saya sedikit berharap bahwa rasa kesal menunggu lama ini akan terobati dengan rasa sate kelinci yang nikmat. Tapi ternyata rasanya juga sangat standar. Satu hal yang pasti, saya tidak akan kembali ke sana lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar