Kamis, 07 April 2016

Tentang mie instan

Entah kenapa, tiba-tiba semalam saya teringat akan kenangan masa kecil tentang mie instan.

Dulu ketika berumur 5 atau 6 tahun, itulah saat pertama “pertemuan” saya dengan mie instan. Waktu itu, saya sedang bermain di rumah salah seorang tetangga yang cukup berada. Teman bermain saya ini sedang dibuatkan mie instan oleh ibunya.

Baunya alamaaaakk.. harum sekali menusuk-nusuk hidung. Ini adalah makanan yang paling menggoda selera yang pernah saya cium. Dari baunya saja, saya bisa menduga bahwa rasa makanan itu pasti sangat lezat. Saya sampai harus menelan ludah berkali-kali saking pengennya. Untuk minta, malu. Ditawari, saya tolak, sungkan.

Lalu entah kapan saat pertama makan mie instan, saya tidak ingat. Yang saya ingat betul, adalah ketika kami memasak mie instan, kami harus selalu berbagi. Saya lahir dengan 3 saudara. Jadi kami memasak 2 bungkus mie instan goreng bersamaan, lalu dibagi 4. Kadang pakai telur, kadang tidak. Kalau pakai telur, 1 butir telur ceplok dibagi 2, jadi semua dapat setengah-setengah.

Aturannya adalah, orang yang membagi mie instan tersebut tidak boleh memilih duluan. Jadi, ketika mie sudah terbagi 4, tiga saudara selain si pembagi mulai memilih bagian mie yang “kelihatan” lebih banyak. Sedangkan orang yang membagi harus pasrah menerima satu bagian mie terakhir yang “kelihatan” paling sedikit. Aturan ini tujuannya supaya si pembagi berusaha membagi mie seadil mungkin.
Fair enough..
Tapi aturan itu membuat kami tidak mau menjadi si pembagi. Kami ingin menjadi pemilih pertama supaya mendapat bagian yang “kelihatan” paling banyak, hihihihihi..

Mie instan seuprit itu kemudian kami makan dengan nasi putih yang banyak. Rasa enak, perut kenyang.

Lalu, saya selalu menanti-nanti satu kegiatan di SD saya yang hanya diadakan setahun sekali, yaitu “berkatan”. Jadi semua murid akan pergi ke sekolah membawa bekal masing-masing, lalu dimakan bersama di sekolah. Yang dibawa macam-macam, ada yang lauk ayam, ikan, daging, hati ampela, dan lain-lain.

Tapi semua itu tidak membuat saya tergiur. Karena bekal yang saya bawa jauuuuh lebih istimewa dari pada itu. Bekal saya adalah, mie instan dan telur ceplok. Jangan salah, ini bukan sembarang mie instan, tapi mie instan 1 bungkus. Bayangkan, 1 bungkus mie instan KHUSUS untuk saya sendiri, woooowwww.. amazing…

Ditambah lagi dengan telur ceplok 1 biji, bulat, utuh, tidak dibagi. Istimewaaaaa…..
Tentu dimakan pakai nasi dong, biar kenyang J

Ya, itu kenangan saya waktu kecil. Seiring dengan semakin mapan pendapatan orang tua, mulailah satu bungkus untuk satu orang, lalu berkembang lagi satu orang makan 2 bungkus mie, hahahaha..


Terkait dengan anak-anak, Asha dan Jasmine sangat jarang makan mie instan. Satu bulan berlum tentu makan satu kali. Sangat jarang sekali. Saya berusaha selalu menghadirkan sayur di rumah. Semoga sampai seterusnya seperti ini. Makan mie instan boleh, asal tidak sering-sering.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar