Entah kenapa, tiba-tiba semalam saya teringat akan kenangan
masa kecil tentang mie instan.
Dulu ketika berumur 5 atau 6 tahun, itulah saat pertama “pertemuan”
saya dengan mie instan. Waktu itu, saya sedang bermain di rumah salah seorang
tetangga yang cukup berada. Teman bermain saya ini sedang dibuatkan mie instan
oleh ibunya.
Baunya alamaaaakk.. harum sekali menusuk-nusuk hidung. Ini adalah
makanan yang paling menggoda selera yang pernah saya cium. Dari baunya saja,
saya bisa menduga bahwa rasa makanan itu pasti sangat lezat. Saya sampai harus
menelan ludah berkali-kali saking pengennya. Untuk minta, malu. Ditawari, saya
tolak, sungkan.
Lalu entah kapan saat pertama makan mie instan, saya tidak
ingat. Yang saya ingat betul, adalah ketika kami memasak mie instan, kami harus
selalu berbagi. Saya lahir dengan 3 saudara. Jadi kami memasak 2 bungkus mie
instan goreng bersamaan, lalu dibagi 4. Kadang pakai telur, kadang tidak. Kalau
pakai telur, 1 butir telur ceplok dibagi 2, jadi semua dapat setengah-setengah.
Aturannya adalah, orang yang membagi mie instan tersebut
tidak boleh memilih duluan. Jadi, ketika mie sudah terbagi 4, tiga saudara
selain si pembagi mulai memilih bagian mie yang “kelihatan” lebih banyak. Sedangkan
orang yang membagi harus pasrah menerima satu bagian mie terakhir yang “kelihatan”
paling sedikit. Aturan ini tujuannya supaya si pembagi berusaha membagi mie
seadil mungkin.
Fair enough..
Tapi aturan itu membuat kami tidak mau menjadi si pembagi. Kami
ingin menjadi pemilih pertama supaya mendapat bagian yang “kelihatan” paling
banyak, hihihihihi..
Mie instan seuprit itu kemudian kami makan dengan nasi putih
yang banyak. Rasa enak, perut kenyang.
Lalu, saya selalu menanti-nanti satu kegiatan di SD saya
yang hanya diadakan setahun sekali, yaitu “berkatan”. Jadi semua murid akan
pergi ke sekolah membawa bekal masing-masing, lalu dimakan bersama di sekolah. Yang
dibawa macam-macam, ada yang lauk ayam, ikan, daging, hati ampela, dan
lain-lain.
Tapi semua itu tidak membuat saya tergiur. Karena bekal yang
saya bawa jauuuuh lebih istimewa dari pada itu. Bekal saya adalah, mie instan
dan telur ceplok. Jangan salah, ini bukan sembarang mie instan, tapi mie instan
1 bungkus. Bayangkan, 1 bungkus mie instan KHUSUS untuk saya sendiri,
woooowwww.. amazing…
Ditambah lagi dengan telur ceplok 1 biji, bulat, utuh, tidak
dibagi. Istimewaaaaa…..
Tentu dimakan pakai nasi dong, biar kenyang J
Ya, itu kenangan saya waktu kecil. Seiring dengan semakin
mapan pendapatan orang tua, mulailah satu bungkus untuk satu orang, lalu
berkembang lagi satu orang makan 2 bungkus mie, hahahaha..
Terkait dengan anak-anak, Asha dan Jasmine sangat jarang
makan mie instan. Satu bulan berlum tentu makan satu kali. Sangat jarang
sekali. Saya berusaha selalu menghadirkan sayur di rumah. Semoga sampai
seterusnya seperti ini. Makan mie instan boleh, asal tidak sering-sering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar