Sabtu, 15 Februari 2014

Kondisi Kediri setelah Gunung Kelud meletus

Waktu saya sampai di persimpangan Mberakan ke arah Kediri, yang ada di pikiran saya adalah "kok seperti tidak ada kejadian apa-apa ya?"
Jalanan sudah bersih, atap rumah warga juga bersih. Tebakan kami, kemarin pasti sudah turun hujan, dan karena abunya tipis, jadi cepat bersihnya.

Ternyata benar. Begitu kami memasuki kota Kediri, mulailah terlihat banyak sisa-sisa abu di jalanan yang basah terkena hujan. Atap rumah warga juga masih berwarna putih. Di tepi-tepi jalan banyak ditemukan gundukan pasir hasil bebersih warga sekitar. Di beberapa rumah juga masih saya lihat beberapa orang yang sedang membersihkan genteng.

Awalnya saya berpikir, semoga saja cepat turun hujan, supaya abunya cepat bersih. Tapi ternyata saya salah. Jika ada abu tebal di genteng, lalu turun hujan, apa yang akan terjadi selanjutnya? Bukannya bersih, tapi berat abu menjadi bertambah, dan bisa menambah beban di atas genteng, jadi bisa ambruk.

Berdasarkan info dari radio jugalah saya tahu bahwa memang ada beberapa rumah yang atap rumahnya roboh karena tidak kuat menahan beban abu. Dan sore ini, Mbahkungnya Asha memberi tahu bahwa salah satu bangunan di Gudang Garam juga ambruk atapnya, sampai karyawan diliburkan. Wah wah..

Atap rumah Yangtinya Asha baru dibersihkan ala kadarnya saja. Pasalnya, Papi tidak bisa membersihkan area genteng mulai dari tengah hingga ke bagian belakang rumah. Sudah cari orang untuk dimintai tolong, belum dapat juga. Mungkin karena mereka juga sibuk dengan rumah mereka masing-masing. Ada sih tetangga di Tosaren yang bisa dimintain tolong, tapi bisanya hari Senin. Jadi ya kami hanya bisa berdoa supaya tidak turun hujan sampai atap dibersihkan. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar