Sabtu, 13 Desember 2014

Jogja part 2 - Belalang goreng dan Mirota Batik

Sebelum meninggalkan Gunung Kidul, kami ingin beli oleh-oleh belalang goreng. Katanya sih di sepanjang jalan dekat pantai akan ada banyak penjual. Tapi entah kenapa waktu kami pulang, sekitar pukul 10.30, tidak ada satupun lapak yang buka. Sempat khawatir juga, jangan-jangan ini sedang tidak musimnya. Sayang kan sudah jauh-jauh kemari tidak beli belalang goreng. 

Saya lalu teringat kami tadi melewati sebuah toko oleh-oleh bernama "Walang". Mungkin di sana juga jual belalang goreng. Masa namanya Walang tapi tidak jual belalang? Kan aneh jadinya.
Dan ternyata benar, di sana tersedia belalang goreng. Yeeii...

Kami membeli satu toples belalang goreng seharga 40ribu. Sebenarnya, belalang itu buat oleh-oleh teman sekantornya si Papi, kalau saya mah ga mau, geliii...
Selain itu juga beli Yangko kemasan vakum 24ribu (supaya lebih tahan lama), sandal kecil 13ribu, sandal besar 16ribu.


Lanjut ke Jogja, perjalanan sekitar 2 jam dari Pantai Indrayanti. Kami mampir makan siang di Mbok Mandeg, singkatan dari Mbok Mangan Gudeg, di Jalan Parangtritis. Dari semua pesanan kami, (gudeg, bakmie goreng, paket gurame bakar, dan soto betawi) semuanya memuaskan. Rasa enak, harga juga wajar, sangat recommended. 

Setelah makan siang, langsung cek in ke Maharani Guesthouse di gang Sartono. Kami memilih sebuah kamar Deluxe seharga 450ribu ditambah extra bed 90ribu. Kamarnya cukup luas, bersih, ada kulkasnya juga. Meskipun penampakan hotel dari luar bertema jawa (ukir-ukiran, patung, dsb), tapi ternyata kamarnya sangat modern. Dan yang membuat saya senang, jendelanya langsung mengarah ke taman dan kolam renang. Sarapan di antar ke kamar jam 7 pagi berupa nasi goreng, teh hangat dan potongan buah semangka dan melon. 

pemandangan dari dalam kamar

pemandangan dari luar kamar, kamarnya di lantai bawah bagian tengah


walau habis hujan, tetap semangat untuk berenang..


lompaaaaaattt...


Selfie dulu di jendela kamar..


Jasmine juga ga mau kalah dong... ikutan selfie juga..




Malam harinya kami jalan-jalan ke Mirota batik di Malioboro. Dari awal, kami memang berencana langsung ke Mirota saja, karena harga di sini sudah harga pas, jadi tidak perlu tawar-menawar lagi.
Karena hujan, kami membawa dua buah payung untuk berjalan dari parkiran mobil ke sana. Di pintu masuknya disediakan tempat untuk meletakkan payung yang basah. Dan karena tempat payungnya tidak diorganisir dengan baik, alias asal taruh dan ambil, alhasil payung kami hilang satu. Entah tertukar atau diambil dengan sengaja. Sekedar tips, sembunyikan payung anda di tempat yang paling tersembunyi, atau bawa payung yang bisa dilipat kecil lalu masukkan ke dalam tas kresek atau tas anti air lainnya supaya bisa dibawa masuk.

Yang paling menonjol di Mirota adalah pernak-pernik barangnya yang unik dan beragam. Mulai baju, tas, jajanan, mainan anak, accesories wanita, alat dapur, hiasan rumah, sampai lukisan juga ada. Aduh, sampe gemes saya pengen beli ini itu. Barangnya lucu-lucu. Tapi untungnya saya bisa menahan semua keinginan itu hahahaha..

Akhirnya, saya beli :
1. Bola bekel harga 9ribu, sok-sokan pengen bernostalgia masa kecil, padahal aturan mainnya gimana sudah lupa hehehe..



2. Kipas lipat harga 7.500, ini juga pengen bernostalgia. Dulu waktu saya masih kuliah, ibu saya memberi kipas seperti ini, tapi sekarang sudah hilang. Kipasnya juga praktis kalau mau dibawa kemana-mana.
3. Kaos bergambar Arjuna harga @43ribu untuk Kak Dio dan Kak Adit. Kaosnya sangat lembut, dingin dan tidak kaku.
4. Tas rajut benang nylon harga 135ribu (tas selempang kecil). Di sana banyak tas kain batik lainnya. Tapi karena saya hobi menjahit tas, jadi kalau untuk tas kain daripada beli ya saya mending bikin sendiri hehehehe..
5. Dress batik untuk Asha harga 71ribu.
6. Sandal batik kecil harga 10ribu.


Untuk makan malam kami mencoba bakmie jawa Pak Pele di alun-alun utara (kami dapat rekomendasinya dari sebuah majalah kuliner Jogja). Waktu kami datang, sekitar pukul 20.45, suasana warungnya sangat ramai, banyak mobil dan motor parkir di sekitarnya. Kami sempat kebingungan mencari tempat duduk, selain karena ramainya, juga karena banyak pengunjung yang merokok di sana sini. Walaupun akhirnya dapat juga dengan mengambil kursi kosong dari meja yang lain supaya bisa duduk bersama.

Kami memesan bakmie goreng kuning, bakmie goreng putih (bihun), dan nasi goreng. Pesanan kami datang 30 menit kemudian. Untuk rasanya, memang enak, tapi menurut kami masih lebih enak bakmie goreng di Mbok Mandeg tadi. Jadi bingung kenapa sampai bisa ramai gini. Memang beda lidah beda selera ya.

2 komentar: