Minggu, 28 Agustus 2016

Gunawangsa Merr Surabaya

Seminggu yang lalu, saya iseng lihat-lihat harga hotel di Surabaya via Traveloka. Yang saya cari adalah, hotel murah dengan fasilitas kolam renang dan free breakfast. Maka saya filter pencarian saya dengan harga di bawah 400ribu dan mengeklik gambar swimming pool. Lalu muncullah beberapa opsi hotel.

Saya langsung kepincut sama hotel ini. Hotel Gunawangsa Merr termasuk hotel baru, baru dibuka Bulan Januari 2016 kemarin kalau tidak salah. Melihat gambar kolam renangnya yang luas dengan view sungai dan perkotaan, plus harga kamarnya yang hanya 350ribu per malam (free breakfast), langsunglah saya booking buat hari Sabtu.

Sebelum cek in ke hotel, kami sempatkan makan siang di Kedai Yaman, daerah Ampel Surabaya. Ini kali kedua kami kemari. Yang kami incar hanya satu, yaitu kambing ovennya. Di sana, kami memesan kambing oven jumbo, plus nasi kebuli dan nasi briani kosong (artinya murni nasi, tidak pakai daging-dagingan sama sekali). Kambingnya mantab, walaupun yang bagian kulitnya agak alot dikit, tapi masih bisa dikunyah. Nasinya enak, saya lebih suka nasi briani daripada kebuli. Mas pegawainya ramaaaah sekali. Recommended..




Pukul 2 siang, kami sampai di hotel Gunawangsa Merr. Begitu masuk ke area hotel, kami sangat terkesan dengan keramahan pegawainya. Mulai dari satpam, petugas parkir, penjaga pintu, semua ramah dan sangat murah senyum. Justru di bagian front desk nya yang, sebenarnya ramah dan baik, hanya kurang senyum saja.

Proses cek in sangat cepat. Setelah deposit 200ribu rupiah, kami bisa langsung masuk ke kamar. Kamarnya kecil, tapi bersih dan rapi. Air mineral, kopi, teh dan perlengkapan kamar mandi semua lengkap. Wifinya antara 50-100kbps. Kalau malam, antara 100-130kbps. Cukuplah buat download 3 judul drama korea, hahahaha...



Seperti biasa ketika di hotel, sore dan pagi  keesokan harinya adalah jadwal berenang untuk Asha dan Jasmine. Kolamnya luas dan bersih. Banyak disediakan kursi di pinggir kolam untuk para pengunjung. Dan yang palinh mantab, kolamnya menghadap ke arah barat, jadi kalau sore hari bisa berenang sambil menikmati indahnya sunset.



Asiknya berenang


View kota dan sungai

Sunset



View malam hari dari kolam renang

Untuk sarapan pagi, Asha dan Jasmine langsung memulai dengan makanan favorit mereka, yaitu sereal. Saya langsung menuju ke buffet. Menu makanan di buffet ada nasi putih, nasi goreng wok, cah sayuran, tahu crispy dan daging sapi cah jamur. Untuk menu dagingnya ini kalau dilihat isinya, saya lebih menyebut itu cah sayuran. Soalnya daging sapinya dipotong kecil-kecil dan sedikit. Kalah ukuran dan kalah jumlah dibanding sayurannya.


Asiknya makan sereal

Menu lain ada sup ayam jagung, bubur ayam dan roti bakar selai. Ada juga 3 macam kue, salad buah dan sayur, dan tentunya egg corner. Minuman ada kopi, teh, jus leci, jus jeruk dan infused water.
Untuk rasa, saya akui semuanya enaaakk..

Bubur ayam


Hari Minggunya, sebelum pulang kembali ke Mojokerto, kami mampir ke Kebun Bibit Wonorejo yang lokasi dekat dengan hotel. Ini tempat wisata yang murah meriah. Di dalamnya berisi taman-taman (yang walaupun tidak ditarik tiket masuk, tapi tamannya lumayan terawat), banyak playground juga untuk anak-anak.





Minggu, 21 Agustus 2016

Bukit Dhoho Indah Kediri

Sebenarnya sudah lama tempat ini booming di media sosial. Teman-temen yang berdomisili di kediri berlomba-lomba untuk memajang fotonya yang sedang ber-hammock ria di sini. Saya dan Papi, jujur, tidak tertarik sama sekali. Karena kalau dilihat foto-fotonya, gambaran yang muncul di kepala kami adalah, tempat dengan banyak pepohonan, lalu banyak kain hammock diikat rendah di antara dua pohon, dan banyak berjajar begitu.

Kalau di MTMA kan enak ya, naik hammock di pinggir pantai, atau di atas pegunungan, jadi ber-hammock ria sambil menikmati pemandangan. Lha kalau di sini, apa asiknya hammock-an sambil melihat "pemandangan" berupa orang naik hammock juga?

Tapi hari Sabtu kemarin, waktu kami ingin makan bersama di luar, Mbahkung menyarankan makan di sini ketika saya bilang ingin makan dengan suasana pedesaan yang asri. Karena Oma belum pernah kemari, ya sudahlah, akhirnya berangkat juga kami ke sini.

Lokasi Bukit Dhoho Indah (BDI) berada di Desa Tiron, Banyakan, Kabupaten Kediri. Tempat parkirnya cukup luas. Parkir mobil dan motor dipisah. Tiket masuk hanya dihargai 5ribu rupiah saja per orang.



Di sini juga ada kolam pemancingan. Untuk memancing, pengunjung ditarik biaya 50ribu sepuasnya. Saya dan Papi paling tidak suka dengan sistem bayar seperti ini. Menurut kami pribadi, sistem bayar dimuka seperti ini jadi mirip berjudi. Kalau kita dapat ikan banyak, berarti kita untung/menang, sedangkan pemilik rugi/kalah. Kalau kita dapat sedikit, atau malah tidak dapat ikan satupun, berarti kita yang rugi alias kalah.

Kami lebih suka pemancingan yang dihargai berdasarkan jumlah ikan yang didapat. Pengunjung tidak rugi, anggap saja uang keluar untuk beli ikan, sedangkan pemilik juga untung, bisa menjual ikan yang banyak. Win win..


Oke, kembali ke BDI. Begitu masuk, kami langsung memesan makan siang di Kedai Kemuning. Menu andalannya adalah ikan gurame bakar yang dihargai 25ribu per porsi. Rasanya enak, cenderung pedas manis. Tumis kangkungnya juga sedap. Sambalnya, sebenarnya enak, tapi tidak pedas sama sekali.




Setelah makan, kami masuk ke area hammock. Ternyata, selain berisi hammock, di sana juga banyak terdapat area bermain anak-anak, seperti ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, lingkaran hamster (habis kalo lari-lari di dalamnya jadi mirip hamster sih, hihihihi.. apa ya itu namanya?). Anak-anak, terutama Asha, sangat kegirangan. Dia ngider aja seperti gasing, ga mau berhenti.





Di dalam juga ada yang jual minuman dan nasi bungkus. Harganya hanya 8ribuan per bungkus. Jadi kalau mau piknik yang murah meriah, tinggal datang ke sini. Tempatnya rindang, asri, bisa lesehan di tikar (di sini disediakan banyak tikar) sambil makan nasi bungkus. Wah, mantab..





Dengar-dengar sih, tempat ini masih dalam tahap perkembangan terus. Nantinya akan dibangun fasilitas-fasilitas lainnya. Semoga para pengunjung juga lebih peduli dan ikut menjaga ya.. Soalnya kemarin waktu saya ke sana, ada 3 anak muda, 2 cewek dan 1 cowok, duduk di hammock bersamaan. Padahal jelas ada peraturan bahwa hammock hanya boleh diduduki 2 orang atau total berat badan 100kg. Lha ini, malah diduduki bertiga. Sampai ada petugas yang mengingatkan agar tidak duduk bertiga. Awalnya nurut, tapi ketika petugasnya pergi, mereka duduk bertiga lagi *tepok jidat*


Rabu, 17 Agustus 2016

Pacitan Day 3, Pantai Teleng Ria dan oleh-oleh

Hari terakhir ini diisi dengan santai-santai saja di hotel, sedangkan Asha dan Papi pergi berenang.

Kemarin sore, saya berkeliling hotel mencari kolam renangnya. Tapi ternyata tidak ada. Lalu berenangnya di mana ya?

Ternyata, menginap di sini berarti mendapat voucher masuk ke sebuah taman air di seberang hotel, tepatnya sebelah kanannya. Namanya Kampoeng Aer Waterpark.

Papi dan Asha pergi ke sana sekitar pukul 6.30 pagi. Suasanya masih sangat sepi. Mereka adalah satu-satunya pengunjung waktu itu. Bahkan ketika mereka masuk, mereka dicuekin sama pegawainya, tidak dimintai voucher, hahahahaha..

Setelah puas berenang, santai-santai sebentar sambil sarapan. Packing lalu pulang.

Sebelum pulang, kami masuk ke dalam kawasan Pantai Teleng Ria sebentar untuk melihat-lihat.




Di sini ada sedikit masalah. 

Karena tidak ada tanda dilarang masuk, dan di dalam pantai juga terlihat ada mobil pick up, akhirnya Papi juga memasukkan mobilnya ke dalam area pantai. Setelah melihat-lihat sebentar, waktunya pulang.

Mobil digas pelan, lho, kok ga mau maju? Digas agak kencang, tetap tidak mau maju. Ternyata ban mobilnya tenggelam ke dalam pasir. Semakin digas, semakin tenggelam. Kami para wanita, mencoba untuk mendorong, tapi bukannya maju, malah jadi semakin tenggelam. Untungnya di sana ada bapak-bapak yang mengumpulkan sampah di pantai. Kami meminta tolong pada mereka.

Awalnya agak sulit. Pasirnya digali, lalu berusaha ditaruh kayu di bawah ban. Tapi gagal. Sambil didorong-dorong, tetap gagal. Padahal itu ada 7 orang lho yang menolong. Sempat gelisah juga..

Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya mobil bisa melaju. Papi sudah diberi pengarahan untuk melajukan mobilnya ke arah pantai, memutar melalui pasir yang keras hingga keluar. Tapi dalam proses memutar itu, mobil sempat terjebak lagi sampai dua kali. Untungnya, karena ban mobil tidak tenggelam terlalu dalam, jadi cukup didorong saja sudah bisa jalan lagi. Terima kasih kepada bapak-bapak yang sudah membantu.

Tips kepada yang lain. Jangan sekali-kali membawa mobil masuk ke dalam kawasan pantai ya..

Setelah keluar dari pantai, kami berbelok ke jalan tepat di belakang Surfing Bay Cottage menuju toko oleh-oleh Pak Ran. Sesuai rekomendasi adik ipar, kami membeli oleh-oleh berupa berbagai olahan tuna di sana. Di kota Pacitan juga ada 3 cabang lain oleh-oleh tuna Pak Ran.




Produknya ada macam-macam. Ada tahu bakso tuna, otak-otak tuna dan udang, nugget tuna dan udang, kaki naga tuna, sosis tuna, bakso tuna, pangsit tuna, dll. Harganya rata-rata 6ribu sampai 7ribu per item. (Kalau di Mojokerto, 1 bungkus tahu bakso tuna dijual dengan harga 11ribu di tukang sayur langganan).

Selain frozen tuna, ada juga produk oleh-oleh lain seperti aneka kerupuk, ikan kering, sale, dll dengan harga terjangkau (antara 6ribu sampai 12ribu).
Di sana juga menjual kotak steyrofom dengan berbagai ukuran. Untuk ukuran paling kecil isi 10, harganya 25rb. Isi 20, harganya 28rb. Isi 30, harganya 30rb, dll




Perjalanan pulang, kami memutuskan mengambil jalur lain, yaitu ke arah Ponorogo. Dari hasil googling, saya menemukan bahwa jalur ini juga sama berkeloknya. Karena membayangkan saja sudah tidak tahan, akhirnya saya membeli obat anti mabuk, dan saya minum 2 butir sekaligus. Tidur deh sepanjang perjalanan.

Ketika bangun, waktu 2 jam sudah terlewati, dan kami sudah sampai di Ponorogo. Kata Papi, jalan berkeloknya hanya sebentar. Itupun tidak se-ekstrim jalur dari Trenggalek kemarin. Lain kali kalau mau ke Pacitan lagi, kami lebih memilih jalur ini. Walaupun akan memakan waktu 1 jam lebih lama, tapi jalanannya lebih enak.

Di Ponorogo, rasanya kurang afdol kalau tidak mampir di sate ayam legendaris Pak Tukri. Kami memesan 4 porsi lontong dengan masing-masing 5 tusuk sate ayam. Satenya besar-besar. Lontongnya kebanyakan kalau buat kami. Perut langsung kekenyangan. Harga 10 tusuk sate ayam sekarang dihargai 27ribu rupiah. 

Rasanya mantab, bumbunya meresap, saos kacangnya enak, sip lah pokoknya.



Kalo buat oleh-oleh, ditempatkan di besek seperti ini


Selasa, 16 Agustus 2016

Pacitan Day 2, Sungai Maron dan Pantai Klayar

Hari Selasa, kami cek out pukul 9 pagi dari homestay untuk meluncur ke Sungai Maron yang jaraknya cukup dekat dari Pantai Watukarung. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit saja, kami sudah tiba di sana.

Biaya masuk 3ribu rupiah per orang, anak-anak tidak dihitung. Dari loket di depan, kami masuk ke sebuah gang kecil, yang hanya cukup untuk satu mobil saja. Jalan ini lumayan bikin tegang. Bayangkan, kalau bersimpangan dengan sepeda motor saja, sepeda motornya harus benar-benar minggir dan berhenti, apalagi kalau harus bersimpangan dengan mobil? Mana jalan menuju ke tempat parkir lumayan jauh lagi?

Dan ketakutan kami benar-benar terjadi ketika pulang. Yak, kami harus berhadapan dengan sebuah truk. Bayangkan. Di jalan yang hanya cukup satu mobil itu, harus bersimpangan dengan truk bagaimana caranya?

Selama beberapa detik kami saling diam berhadapan. Cieee..
Hingga akhirnya ada penjaga yang datang untuk membantu memberi arah. Dia menyuruh kami mundur agak jauh, sampai menemukan jalur agak lebar.

Jadi, memang di beberapa titik, ada jalan yang sedikit agak lebar, mungkin gunanya ya untuk bersimpangan mobil seperti ini. Tapi, apa benar ini cukup untuk mobil dan truk?

Setelah menepi dengan sangat hati-hati, (karena kalau tidak, resikonya terperosok jatuh ke dalam sungai), akhirnya bisa juga bersimpangan dengan truk itu. Walaupun jarak antara body truk dan body mobil mepeeeeeett sekali, bikin ngeriii..

Tempat parkir wisata Sungai Maron berupa tanah lapang yang cukup luas. Saat itu, kami adalah pengunjung pertama. Ongkos sewa satu perahu dibanderol 100ribu rupiah, bisa untuk 4 sampai 5 orang.

Awal naik, sempat deg-degan. Saya tidak berani bergerak sedikitpun. Saya juga selalu mewanti-wanti Asha supaya tidak bergerak, takut perahunya tidak seimbang. Tapi lama-kelamaan, akhirnya terbiasa juga.



Dari awal berangkat sampai kembali ke tempat semula, memakan waktu kira-kira 45 menit. Sungainya cukup lebar, dengan pemandangan berupa kebun kelapa, pepohonan dan semak-semak, juga ada dua tebing. Hijauuuu banget.
Di ujung sungai ada Pantai Ngiroboyo. Jika turun di pantai, tiap orang harus bayar lagi 5ribu rupiah. Kalau tidak turun ya tinggal diputar perahunya, dan balik lagi menyusuri jalan yang sama ke tempat semula.




Ujung sana ada Pantai Ngiroboyo

Sebenarnya pemandangannya bagus. Tapi buat saya, duduk diam dalam perahu selama itu, dengan pemandangan yang sebagian besar sama, yaitu dedaunan dan pohon kelapa, membuat saya bosan. Saya ingin cepat-cepat sampai dan turun dari perahu. Ternyata ibu mertua juga merasakan hal yang sama. Tapi bagi Asha dan Papi, mereka sangat menikmati :)

Setelah turun, kami mampir di warung dekat dermaga. Itu adalah satu-satunya warung yang buka waktu itu. Mungkin karena hari kerja, jadi pengunjungnya juga sepi. Di sana, kami memesan mie instan plus telur 2 porsi dan nasi bandeng plus sayur 2 porsi. Per porsi dihargai 7.500 rupiah. Harga minumannya pun juga wajar. Buat ibu mertua saya, sayurnya enak, bumbunya pas di lidah. Jarang-jarang lho beliau sampai memuji begitu.

Dari Sungai Maron, kami lanjut ke Pantai Klayar. Jalanannya sedang ada pelebaran jalan. Bisa dilewati mobil, tapi harus pelan-pelan dan super hati-hati. Pasalnya, jalanan yang harusnya 2 jalur itu, berubah menjadi 1 jalur saja, karena di kiri dan kanan jalan dipenuhi tumpukan batu kapur. Selain itu, jalannya juga menanjak. Waktu itu saya hanya berdoa semoga mobil kami tidak bersimpangan dengan mobil lain. Bisa berabe nanti.

Jalanan satu jalur yang mendaki itu ada di jalanan sebelum foto ini. Waktu di jalan itu, saya tidak berani mengambil foto, hanya sempat berdoa terus. Di sini, kami harus berhenti sebentar, menunggu truk mengangkut material jalan.

Ini jalan setelahnya yang sudah bisa dilalui 2 mobil.

Sampai di Pantai Klayar, wow.. indah sekali pantainya. Kami langsung parkir mobil tepat di depan pantai. Setelah turun dari mobil, langsung ditawari naik ATV untuk menuju ke Seruling Samudera karena memang jaraknya yang agak jauh. Sekali sewa ATV dihargai 50ribu. Sudah dapat fasilitas antar jemput, tanpa batasan waktu.
 
Waktu itu, angin bertiup kencang sekali. Ombaknya bergulung-gulung ganas, ketika menabrak karang langsung menciptakan efek deburan air yang wow..
Seruling Samudera juga sering sekali "bereaksi" dengan memuncratkan air keluar dari lubangnya.

Tarifnya

View waktu masuk area parkir


Ombaknya ganas

Sayangnya, karena kondisi seperti itulah, pengunjung tidak diijinkan mendekati seruling samudera, berbahaya. Akhirnya hanya bisa naik ke atas bukit untuk melihat seruling samudera dan pemandangan pantai dari atas.

Mungkin karena hari kerja, banyak warung-warung yang tutup. Untungnya masih ada beberapa yang buka. Kami sempat memesan 3 buah es kelapa muda utuh, masing-masing dihargai 10ribu rupiah saja. Harga yang wajar. Masih ingat dulu di Bali dihargai 25ribu :)

View pantai dari atas bukit

View pantai sebelah kiri bukit

Seruling samudera. Karena angin sedang bertiup kencang, jadi muncratan airnya tidak bisa tinggi tersapu angin.


Deretan warung di bawah bukit


Yangti dan Asha mejeng di atas ATV

Dari Klayar, tujuan kami langsung meluncur ke Pacitan kota untuk segera cek in dan beristirahat di Surfing Bay Cottage. Lokasinya ada di dalam kawasan Pantai Teleng Ria.

Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Begitu masuk ke kawasan Pantai Teleng Ria, kami ditarik uang masuk 10ribu per orang. Ketika mau membayar, kami sempatkan bertanya dulu, "kami mau cek in di Surfing Bay Cottage, apakah harus membayar juga?"
Ternyata, tidak. Kami bebas masuk free.

Tentang Surfing Bay Cottage, bisa dilihat di SINI.

Malamnya kami jalan-jalan di sekitar pantai, lalu berhenti di sebuah warung di sana. Namanya Warung Jampi Sayah . Kami memesan 2 ikan bakar ukuran sedang dan besar, satu porsi nasi goreng, nasi plus lalapan dan minuman untuk 4 orang, totalnya 85ribu.
Rasanya enak. Sambalnya mantab. Harganya masih wajar. Recommended..