Postingan kali ini, saya ingin sedikit flashback detik-detik
ketika saya melahirkan Asha.
Waktu itu hari Rabu tanggal 13 Juli 2011 sekitar pukul
21.00, ketika saya sedang telpon-telponan sama Papinya Asha (karena waktu itu
saya berada di Kediri dan papinya Asha kerja di Pasuruan). Di telpon itu Papi
terus memantau bagaimana kontraksi yang saya rasakan. Sampai malam itu, saya
baru mengalami kontraksi ringan saja 5 sampai 10 menit sekali, belum ada
tanda-tanda mau melahirkan, padahal HPLnya ya hari itu.
Sambil bercanda saya bilang “ kalo sampe besok masih begini aja gimana? Besok pulang ya Pi..”
Dan dijawab,” iya,
pokoknya begitu keluar darahnya ya langsung pulang ”
Setelah telpon ditutup, saya pergi ke kamar mandi. Ketika
saya lihat di CD sudah ada darahnya, saya sedikit kaget. Langsung teringat
kata-kata dokter kandungan saya, kalau keluar darah berarti harus segera ke
rumah sakit, sebentar lagi mau melahirkan.
Cepat-cepat saya telpon Papi lagi untuk mengabarkan hal ini.
Saya : Pi, sudah keluar darahnya..
Papi : Hah? Serius? (ga percaya, dikira saya sedang
bercanda)
Saya : iya, serius..
Papi : Beneran? (masih ga percaya)
Saya : iyaaaaaaaaa…
RUANG BERSALIN
Sebenarnya saya sendiri juga kaget, baru saja bercanda2 di
telpon, ehh.. keluar darahnya beneran. Langsung saya ke rumah sakit dengan Ibu
Mertua dan Adik Ipar jam 22.00, dan langsung masuk ke ruang bersalin.
Oya, tentang ruang bersalin ini, sebelumnya saya tidak
percaya ketika ada seorang teman yang bilang bahwa ketika kita melahirkan di
rumah sakit itu, kita akan ditempatkan di suatu ruangan bersalin bersamaan
dengan beberapa ibu hamil lainnya.
Waktu itu saya pikir “Hah??serius??
berarti kita bisa dengar jeritan ibu lain yang sedang melahirkan? ga mungkin
dong.. kan kasian ibu-ibu yang baru pertama kali melahirkan, mereka pasti
ketakutan..”
Ditambah lagi selama ini saya melihat di tipi-tipi bahwa ibu
melahirkan di rumah sakit pasti di ruangan yang isinya hanya 1 orang, saya
semakin tidak percaya dengan kata-kata teman saya itu.
Tapi ternyata teman saya itu benar. Waktu itu saya dibawa ke
sebuah ruangan dengan 3 orang ibu hamil lainnya. Bahkan saya sempat mendengar
suara 2 ibu lainnya yang melahirkan lebih dulu. Ketika mendengar suara tangisan
bayi, hati saya terharu dan ikut gembira, ingin menangis rasanya, hehehe..
Seorang ibu muda di samping saya juga sama dengan saya, ini
kehamilan pertamanya. Dia sudah masuk ke ruang bersalin lebih dulu dari saya. Tetapi
sepanjang malam saya di sana, yang saya dengar adalah tangisannya. Dia terus
mengeluhkan sakit di perutnya kepada suaminya. Sepertinya ada faktor ketakutan
juga setelah mendengar ibu-ibu lain yang melahirkan duluan, bahkan setelah saya
keluar dari ruangan itu, bukaannya belum komplit juga. Kasihan..
Oya, detail-detail waktu kontraksi sampai saya melahirkan
sudah pernah saya posting
DI SINI ^_^
DIGUNTING DAN DIJAHIT
Waktu saya masih kuliah dulu, ada teman saya yang sudah
melahirkan. Dia melahirkan hanya berselang 1 bulan dari kakaknya. Bedanya, kalo
dia melahirkan secara normal, sedangkan kakaknya cesar. Waktu itu saya masih
sangat polos dan belum tahu bagaimana konsep melahirkan.
Si Kakak bilang ke saya begini
Kakak : Kasian tuh si A (maksudnya si Adik)
Saya : Kenapa Mbak?
K : ya sekarang dia selalu kesakitan tiap ke kamar mandi,
gara2 luka jahitan bekas digunting itu.
Saya : Hah? Digunting? Apanya? (masih ga ngerti)
K : Ya digunting lubangnya lah, biar bayinya lebih gampang
keluar.
Saya : Tapi dikasih obat bius kan?
K : ya enggak lah, langsung digunting gitu aja..
Saya : Hahhhh???? Digunting gitu aja??? Apa ga sakit?
K : Tenang aja, kata si A walaupun digunting tapi ga kerasa
kok, soalnya rasanya masih kalah sama rasa sakitnya melahirkan.
Dan ternyata memang iya.
Waktu melahirkan Asha, si Papi menemani di samping saya
sambil menggenggam tangan saya. Jadi dia bisa melihat seluruh proses
kelahirannya. Nah, Papi lah yang memberi tahu saya bahwa tadi saya juga
digunting. Saya sendiri malah tidak terasa apa-apa.
Setelah Asha lahir, barulah proses menjahit kembali sobekan
bekas digunting tadi. Sempat deg2an, karena ada salah satu teman yang cerita
bahwa saat dia dijahit, dia bahkan sampai menggigit kain supaya tidak teriak
saking sakitnya. Setelah dibius, mulailah proses dijahit. Memang masih terasa
sedikit sakit, tapi bisa saya tahan dengan memikirkan hal yang indah-indah, dan
juga berdzikir.
Tahap berikutnya yaitu IMD. Setelah beberapa lama dicoba,
Asha belum juga mencapai puting dengan usahanya sendiri, dan karena saya yang
kurang sabar, akhirnya langsung saja saya kasih puting ke mulutnya hehehe..
Langsung dihisap oleh Asha, dan Alhamdulillah setelah 10
menit, ASInya keluar.
Nah, setelah menyusui itu, bekas sobekannya diperiksa lagi
apakah sudah tertutup dengan baik. Dan ternyata, jahitannya masih kurang
sempurna, dan harus dijahit lagi. Masalahnya, untuk jahitan kedua ini tidak
memakai bius lagi (saya kurang mengerti alasannya apa). Walaupun mungkin masih
ada sisa dari bius yang tadi, tapi pasti sudah berkurang efek biusnya.
Pasti rasanya beda ya, antara kulit yang baru pertama kali
dijahit, dengan kulit yang tadinya sudah pernah dijahit lalu dijahit lagi. Masih
ada bekas trauma jahitan yang pertama. Dan benar saja, jahitan yang kedua ini
terasa sangat sakit. Awalnya saya berusaha untuk tidak berteriak. Selain takut
mengganggu pasien yang lain, saya juga khawatir ibu hamil di sebelah saya ini
akan semakin ketakutan kalau mendengar teriakan saya. Tapi kemudian di
saat-saat terakhir, saya sudah tidak bisa menahan lagi, dan saya berteriak.
Dan perjuangan saya belum berhenti sampai di situ. 5 hari
setelah kelahiran Asha, ketika saya di kamar mandi, saya menemukan ada benang
yang masih terikat rapi. Saya tahu bahwa itu benang yang digunakan pada jahitan
saya. Tapi yang saya bingung, kenapa ada benang yang jatuh? Apalagi benangnya
masih terikat rapi. Apakah jahitannya sobek?
Setelah dilihat, ternyata memang luka sobekan itu terbuka,
jahitannya lepas.
Saat itu saya menangis.
Takut.
Membayangkan dijahit untuk ketiga kalinya membuat saya
takut.
Apalagi bidan yang memeriksa sobekan saya ini bilang bahwa
bius yang akan dipakai nanti tidak boleh banyak-banyak (lagi-lagi karena alasan
yang saya kurang mengerti), dan memang pastinya akan lebih sakit dari yang
kemarin-kemarin.
Well, bagaimanapun harus dijalani. Dan jahitan ketiga pun
berhasil saya lalui dengan penuh perjuangan ^_^
Di awal-awal menyusui dulu, saya sempat merasa sangat
tersiksa. Saya merasa seluruh badan saya sakit semua. Mulai dari atas, yaitu
payudara saya yang nyeri dan membengkak karena ASI yang luar biasa banyak. Lalu
perut saya yang terasa sakit karena satu minggu tidak bisa buang air besar.
Ditambah lagi bekas jahitan yang terasa nyut-nyutan.
Tapi dari semua rasa sakit dan perjuangan itu, tidak ada
apa-apanya bila dibandingkan dengan kebahagiaan telah mendapat seorang putri
kecil yang lucu dan menggemaskan bernama Asha. Semuanya seolah terbayar sudah
^_^
Semoga Asha bisa menjadi anak sholehah dan menjadi kebanggaan bagi orang tuanya.
Aamiinn..